3. Ajaran Hindu Dharma tentang Manusia dan Alam a. Penciptaan manusia b. Penciptaan alam c. Hubungan manusia dan alam



RESUME KELOMPOK 6
Ajaran hindu dharma tentang manusia dan alam
1.     Ajaran tentang manusia
Penciptaan manusia dalam agama hindu dharma merupakan dari panca maha huta dan rasa yaitu zat dengan rasa yang 6. Unsur tersebut terpadu dengan atau bersinergi dengan unsur yang lain. Perpaduan semua unsur-unsur tersebut menghasilkan dua unsure benih kehidupan yaitu sukla (benih laki-laki) dan swanita (benih perempuan). Cita budhi dan ahangkara membentuk budi seseorang.
Mikrokosmos mempunyai sifat-sifat keadaan yang bersamaan segala yang kental padat dank eras dalam alam maupun makhluk di sebabkan oleh zat padat (prthiwi). Dan segala sesuatu yang bersifat cair di alam dunia maupun di alam makhluk disebabkan oleh unsure zat cair (apah).
2.     Penciptaan Alam

Menurut sang Buddha, bahwa sifat segala sesuatu adalah terus berubah (anicca). Begitu pula dengan sifat alam. Alam bersifat dinamis dan kinetik, selalu berproses dengan seimbang. Unsur-unsur alam yang tampak dalam pandangan Buddha ada empat, yakni unsur  padat (pathavi), cair (apo), panas (tejo), gerak (vayo). Hukum yang berlaku pada alam (alam semesta) dapat dikategorikan dalam lima aturan yang disebut pancaniyamadhamma, yaitu utuniyama (hukum fisika), bijaniyama (hukum biologi), cittaniyama (hukum psikologis), kammaniyama (hukum moral), dhammaniyama (hukum kausalitas).

Menurut ajaran budha, seluruh alam ini adalah cipataan yang timbul dari sebab-sebab yang mendahuluinya serta tidak kekal. Oleh karena itu ia disebut  sankhata dharma yang berarti ada, yang tidak mutlak dan mempunyai corak timbul, lenyap dan berubah. Sinonim dengan kata sankhata adalah sankhara yaitu saling bergantungan, sesuatu yang timbul dari sebab yang mendahuluinya. Alam semesta adalah suatu proses kenyataan yang selalu dalam keadaan menjadi. Hakikat kenyataan itu adalah harus perubahan dari suatu keadaan menjadi keadaan lain yang berurutan. Karena itu, alam semesta adalah sankhara yang bersifat tidak kekal (anicca atau anitya), selalu dalam perubahan (dukkha) dan bukan jiwa (atta atau atman), tidak mengandung suatu substansi yang tidak bersyarat. Dalam visudha Maga 2204, loka tersebut digolong-golongkan atas  sankharaloka, sattaloka, dan okasaloka.

Sankaraloka adalah alam mahluk yang tidak mempunyai kehendak seperti benda-benda mati, batu emas, logam dan semua sumber alamiah yang diperlukan manusia. Termasuk dalam pengertian ini adalah alam hayat yang tidak mempunyi kehendak dan ciptaan pikiran seperti ide, opini, konsepsi, peradaban, kebudayaan dan sebagainya.

3.     Hubungan manusia dengan alam
Dalam hubungannya manusia dengan alam manusia ditekankan untuk bisa memahami dan bersatu dengan alam karena pada dasarnya manusia hidup di alam manusia dan tidak bisa hidup tanpa alam manusia tidak bisa hidup tanpa alam, dan juga harus memelihara alam.
Manusia adalah bagian dari alam semesta yang mana pada hakkatnya ialah sama, yang berawal dari purusa dan prakerti.

Ajaran Buddha dharma tentang manusia dan alam

1.   Penciptaan manusia
Dalam agama Buddha, manusia ada bukan merupakan hasil ciptaan, melainkan akibat dari proses yang terjadi terus-menerus, sehingga akhirnya terbentuklah manusia. Proses keberadaan manusia ini dipengaruhi oleh ajaran mengenai alam semesta. Adanya manusia adalah dari proses cahaya yang nantinya akan lahir kembali dan berubah dari suatu keadaan kepada keadaan lain, sampai adanya manusia. Keberadaan manusia ini sangat dipengaruhi oleh sebab dan akibat.

Proses sebab akibat ini dikenal dengan proses tumimba lahir. Proses tumimba lahir adalah sebab musabab yang saling bergantungan. Proses ini berhubungan dengan bagaimana mengatasi penderitaan hidup yang berulang-ulang, tanpa mempedulikan asal-usul kehidupan yang pertama. Segala sesuatu yang terjadi tergantung pada kejadian yang mendahului atau mengkondisikannya, inilah yang disebut sebab. Manusia akan mengalami kelahiran kembali dan keadaannya akan tergantung pada karmanya (perbuatannya) dikehidupan yang lalu.

2.    Penciptaan Alam

Terbentuknya alam semesta menurut ajaran Buddha berawal dari cahaya. Namun karena ketamakan diri manusia, membuat alam semesta dan bumi ini terbentuk seperti sekarang ini. Hal ini tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui proses yang panjang dan menghabiskan waktu berabad-abad lamanya. Dalam prosesnya, alam semesta hanya terbentang ini tidak terbatas dalam ruang dan waktu. Ada tiga susunan alam semesta, yaitu:
1.  Alam hawa nafsu (kamavacara), alam ini terdiri dari bahan-bahan kasar dan unsur-unsur bumi (api, air dan udara) yang didiami oleh makhluk-makhluk berbadan kasar (jasmani).
2.  Alam bentuk (rupavacara), alam ini didiami oleh dewa-dewa yang masih memiliki badan yang lebih halus, tetapi tidak memiliki hawa nafsu.
3.  Alam yang tidak ada bentuk (arupavacara), pada alam ini didiami oleh dewa-dewa yang tidak berbadan, artinya masuk kea lam ini setelah pengheningan cipta (nibana).

3. Hubungan Manusia dan Alam
Ajaran Buddha memandang bahwa semua fenomena yang terjadi di alam semesta adalah saling mempengaruhi dan berinteraksi.
Paticcasamupada
Dalam Pancasila buddhis aturan pertama sang Buddha mengajarkan manusia untuk menghindari melukai/menyakiti makhluk hidup.
Menurut sang Buddha, bahwa sifat segala sesuatu adalah terus berubah (anicca). Begitu pula dengan sifat alam. Alam bersifat dinamis dan kinetik, selalu berproses dengan seimbang. Unsur-unsur alam yang tampak dalam pandangan Buddha ada empat, yakni unsur padat (pathavi), cair (apo), panas (tejo), gerak (vayo).
Hukum yang berlaku pada alam(alam semesta) dapat dikategorikan dalam lima aturan yang disebut panca niyamadhamma, yaitu utuniyama (hukum fisika), bijaniyama (hukum biologi), cittaniyama (hukum psikologis), kammaniyama (hukum moral), dhammaniyama (hukum kausalitas).


Share on Google Plus

About iens cullen

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment

0 komentar:

Posting Komentar