RESUME KELOMPOK 6
Ajaran hindu dharma tentang manusia
dan alam
1.
Ajaran tentang
manusia
Penciptaan
manusia dalam agama hindu dharma merupakan dari panca maha huta dan rasa yaitu
zat dengan rasa yang 6. Unsur tersebut terpadu dengan atau bersinergi dengan
unsur yang lain. Perpaduan semua unsur-unsur tersebut menghasilkan dua unsure
benih kehidupan yaitu sukla (benih laki-laki) dan swanita (benih perempuan).
Cita budhi dan ahangkara membentuk budi seseorang.
Mikrokosmos mempunyai sifat-sifat keadaan yang bersamaan segala yang
kental padat dank eras dalam alam maupun makhluk di sebabkan oleh zat padat
(prthiwi). Dan segala sesuatu yang bersifat cair di alam dunia maupun di alam
makhluk disebabkan oleh unsure zat cair (apah).
2.
Penciptaan Alam
Menurut
sang Buddha, bahwa sifat segala sesuatu adalah terus berubah (anicca).
Begitu pula dengan sifat alam. Alam bersifat dinamis dan kinetik, selalu
berproses dengan seimbang. Unsur-unsur alam yang tampak dalam pandangan Buddha
ada empat, yakni unsur padat (pathavi), cair (apo), panas (tejo),
gerak (vayo). Hukum yang berlaku pada alam (alam semesta) dapat
dikategorikan dalam lima aturan yang disebut pancaniyamadhamma, yaitu utuniyama
(hukum fisika), bijaniyama (hukum biologi), cittaniyama (hukum
psikologis), kammaniyama (hukum moral), dhammaniyama (hukum
kausalitas).
Menurut
ajaran budha, seluruh alam ini adalah cipataan yang timbul dari sebab-sebab
yang mendahuluinya serta tidak kekal. Oleh karena itu ia disebut sankhata
dharma yang berarti ada, yang tidak mutlak dan mempunyai corak timbul,
lenyap dan berubah. Sinonim dengan kata sankhata adalah sankhara yaitu
saling bergantungan, sesuatu yang timbul dari sebab yang mendahuluinya. Alam
semesta adalah suatu proses kenyataan yang selalu dalam keadaan menjadi.
Hakikat kenyataan itu adalah harus perubahan dari suatu keadaan menjadi keadaan
lain yang berurutan. Karena itu, alam semesta adalah sankhara yang bersifat
tidak kekal (anicca atau anitya), selalu dalam perubahan (dukkha)
dan bukan jiwa (atta atau atman), tidak mengandung suatu substansi yang
tidak bersyarat. Dalam visudha Maga 2204, loka tersebut digolong-golongkan
atas sankharaloka, sattaloka, dan okasaloka.
Sankaraloka
adalah alam mahluk yang tidak mempunyai kehendak seperti benda-benda mati, batu
emas, logam dan semua sumber alamiah yang diperlukan manusia. Termasuk dalam
pengertian ini adalah alam hayat yang tidak mempunyi kehendak dan ciptaan
pikiran seperti ide, opini, konsepsi, peradaban, kebudayaan dan sebagainya.
3.
Hubungan
manusia dengan alam
Dalam
hubungannya manusia dengan alam manusia ditekankan untuk bisa memahami dan
bersatu dengan alam karena pada dasarnya manusia hidup di alam manusia dan tidak bisa
hidup tanpa alam manusia tidak bisa hidup tanpa alam, dan juga harus memelihara alam.
Manusia
adalah bagian dari alam semesta yang mana pada hakkatnya ialah sama, yang
berawal dari purusa dan prakerti.
Ajaran
Buddha dharma tentang manusia dan alam
1. Penciptaan manusia
Dalam agama
Buddha, manusia ada bukan merupakan hasil ciptaan, melainkan akibat dari proses
yang terjadi terus-menerus, sehingga akhirnya terbentuklah manusia. Proses
keberadaan manusia ini dipengaruhi oleh ajaran mengenai alam semesta. Adanya
manusia adalah dari proses cahaya yang nantinya akan lahir kembali dan berubah
dari suatu keadaan kepada keadaan lain, sampai adanya manusia. Keberadaan
manusia ini sangat dipengaruhi oleh sebab dan akibat.
Proses sebab
akibat ini dikenal dengan proses tumimba lahir. Proses tumimba lahir
adalah sebab musabab yang saling bergantungan. Proses ini berhubungan dengan
bagaimana mengatasi penderitaan hidup yang berulang-ulang, tanpa mempedulikan
asal-usul kehidupan yang pertama. Segala sesuatu yang terjadi tergantung pada
kejadian yang mendahului atau mengkondisikannya, inilah yang disebut sebab.
Manusia akan mengalami kelahiran kembali dan keadaannya akan tergantung pada
karmanya (perbuatannya) dikehidupan yang lalu.
2. Penciptaan Alam
Terbentuknya alam semesta menurut ajaran Buddha
berawal dari cahaya. Namun karena ketamakan diri manusia, membuat alam semesta
dan bumi ini terbentuk seperti sekarang ini. Hal ini tidak terjadi begitu saja,
melainkan melalui proses yang panjang dan menghabiskan waktu berabad-abad
lamanya. Dalam prosesnya, alam semesta hanya terbentang ini tidak terbatas dalam
ruang dan waktu. Ada tiga susunan alam semesta, yaitu:
1. Alam hawa nafsu (kamavacara), alam ini
terdiri dari bahan-bahan kasar dan unsur-unsur bumi (api, air dan udara) yang
didiami oleh makhluk-makhluk berbadan kasar (jasmani).
2. Alam bentuk (rupavacara), alam ini
didiami oleh dewa-dewa yang masih memiliki badan yang lebih halus, tetapi tidak
memiliki hawa nafsu.
3. Alam yang tidak ada bentuk (arupavacara),
pada alam ini didiami oleh dewa-dewa yang tidak berbadan, artinya masuk kea lam
ini setelah pengheningan cipta (nibana).
3. Hubungan Manusia dan Alam
Ajaran Buddha memandang
bahwa semua fenomena yang terjadi di alam semesta adalah saling mempengaruhi
dan berinteraksi.
Paticcasamupada
Dalam Pancasila buddhis aturan pertama sang Buddha mengajarkan manusia untuk menghindari melukai/menyakiti
makhluk hidup.
Menurut sang Buddha, bahwa sifat segala sesuatu
adalah terus berubah (anicca). Begitu pula dengan sifat alam. Alam bersifat
dinamis dan kinetik, selalu berproses dengan seimbang. Unsur-unsur alam yang
tampak dalam pandangan Buddha ada empat, yakni unsur padat (pathavi), cair
(apo), panas (tejo), gerak (vayo).
Hukum yang berlaku pada alam(alam semesta)
dapat dikategorikan dalam lima aturan yang disebut panca niyamadhamma, yaitu
utuniyama (hukum fisika), bijaniyama (hukum biologi), cittaniyama (hukum
psikologis), kammaniyama (hukum moral), dhammaniyama (hukum kausalitas).
0 komentar:
Posting Komentar