A. Pengertian dan tujuan Panca
Yadnya
Jika ditinjau secara ethimologinya,
kata yadnya berasal dari bahasa sansekerta, yaitu dari kata "yaj"
yang artinya memuja atau memberi penghormatan atau menjadikan suci. Kata itu
juga diartikan mempersembahkan; bertindak sebagai perantara. Dari urat kata ini
timbul kata yaja (kata-kata dalam pemujaan), yajata (layak memperoleh
penghormatan), yajus (sakral, retus, agama) dan yajna (pemujaan, doa
persembahan) yang kesemuanya ini memiliki arti sama dengan Brahma.
Yadnya (yajna) dapat juga diartikan
korban suci, yaitu korban yang didasarkan atas pengabdian dan cinta kasih.
Pelaksanaan yadnya bagi umat Hindu adalah satu contoh perbuatan Hyang Widhi
yang telah menciptalan alam semesta dengan segala isinya dengan yadnya-Nya.
Yadnya adalah cara yang dilakukan untuk menghubungkan diri antara manusia
dengan Hyang Widhi beserta semua manifestasinya untuk memperoleh kesucian jiwa
dan persatuan Atman dengan Paramatman. Yadnya juga merupakan kebaktian,
penghormatan dan pengabdian atas dasar kesadaran dan cinta kasih yang keluar
dari hati sanubari yang suci dan tulus iklas sebagai pengabdian yang sejati
kepada Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa).
Dengan demikian jelaslah bahwa
yadnya mempunyai arti sebagai suatu perbuatan suci yang didasarkan atas cinta
kasih, pengabdian yang tulus iklas dengan tanpa pamerih. Kita beryadnya, karena
kita sadar bahwa Hyang Widhi menciptakan alam ini dengan segala isinya termasuk
manusia dengan yadnyanya pula. Penciptaan Hyang Widhi ini didasarkan atas
korban suci-Nya, cinta dan kasih-Nya sehingga alam semesta dengan segala isinya
ini termasuk manusia dan mahluk-mahluk hidup lainnya menjadi ada, dapat hidup
dan berkembang dengan baik. Hyang Widhilah yang mengatur peredaran alam semesta
berserta segala isinya dengan hukum kodrat-Nya, serta perilaku kehidupan mahluk
dengan menciptakan zat-zat hidup yang berguna bagi mahluk hidup tersebut
sehingga teratur dan harmonis. jadi untuk dapat hidup yang harmonis dan
berkembang dengan baik, maka manusia hendaknya melaksanakan yadnya, baik kepada
Hyang Widhi beserta semua manifestasi-Nya, maupun kepada sesama makhluk hidup.
Semua yadnya yang dilakukan ini akan membawa manfaat yang amat besar bagi
kelangsungan hidup makhluk di dunia.
B. Macam-macam Yadnya
Upacara
atau ritual agama Hindu meliputi Panca Maha Yajna yang terdiri dari lima
upacara kurban:
1. Dewa Yadnya
Dewa Yadnya adalah
persembahan yang tulus ikhlas kehadapan Tuhan YME atau Sang Hyang Widhi beserta
maifestasi-Nya. Tujuannya adalah untuk menyatakan rasa terima kasih kepada
tuhan
2. Manusia Yadnya
Manusia Yajna adalah
persembahan yang tulus ikhlas kepada sesama manusia. Tujuannya untuk penyucian,
baik secara lahir dan batin.
Jenis pelaksanaannya
antara lain: Upacara kelahiran, Upacara pemberian nama, Upacara melubangi
telinga, Upacara memotong rambut pertama kali, Upacara turun tanah, Upacara
potong gigi, Upacara Perkawinan.
3. Bhuta Yadnya
Bhuta Yajna adalah
pengorbanan suci kepada semua makhluk yang kelihatan maupun tidak kelihatan dan
kepada alam semesta untuk memperkuat keharmonisan hidup.
Jenis Upacaranya: masegeh,
macaru, dan tawur
4. Pitara Yadnya
Pitara Yadyna adalah
persembahan yang dilandasi kesucian yang dihaturkan kepada Pitara dan Pitari.
Tujuannya adalah untuk memberikan persembahan kepada leluhur, menyelamatkan
orangtua/leluhur, bermaksud mengembalikan unsur Panca Maha Bhuta (pertiwi,
apah, teja, bayu, akasa).
Jenis upacara Pitara
Yadnya adalah Upacara Ngaben, Shraddha, Upacara Sawa
Wedana, Upacara Asti Wedana, Upacara Swasta, Upacara Nglungah,
dan Upacara Atma Wedana.
5. Rsi Yadnya
Rsi Yajna adalah
upacara persembahan tulus ikhlas yang dihaturkan kepada orang suci Hindu.
Upacara ini bertujuan untuk menghormati para pandita. Jenis upacaranya: Upacara
Diksa Pariksa atau Upacara Dwijati.
Bagi umat Hindu Upacara adalah yang paling penting. Upacara tidak
dilakukan begitu saja, akan tetapi ada aturan-aturan atau tuntunan dalam
melaksanakan upacara agama yang disebut dengan lontar Sundarigama yaitu
mengatur tatacara upacara suci yang dibenarkan dan disabdakan oleh Sang Hyang Widdhi dan patut dilakukan oleh masyarakat.
Agama Hindu juga
mempunyai tiga kerangka dasar berupa Tattwa, Susila dan Upacara.
Tattwa (filsafat) sebagai kepala, hati sebagai Susila (etika) dan
kaki tangan sebagai Upacara (ritual). Walaupun terbagi-bagi tetapi
ketiga kerangka tersebut menjadi satu dan ketiganya tidak berdiri sendiri. Jika
hanya melakukan upacara tanpa didasari filsafat dan etika maka sia-sia upacara
tersebut walau sebesar apapun upacara tersebut dirayakan.
0 komentar:
Posting Komentar